Jumat, 27 September 2013

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA MATARAM




SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA MATARAM
DAN HUBUNGAN MISTIS DENGAN KANJENG RATU KIDUL



Kyai Ageng Pemanahan bergelar Kyai Ageng Mataram. Mataram adalah nama daerah yang dihadiahkan kepadanya oleh Sultan Sultan Hadiwijoyo, Sultan di Kerajaan Pajang. Karena Kyai Ageng Mataram bersama putranya Hangabehi Loring Pasar (Danang Sutowijoyo) telah dapat mengalahkan Raden Adipati Aryo Penangsang pada tahun 1527 M di Jipang Panolan.

Kyai Ageng Pemanahan selanjutnya minta ijin kepada Sultan untuk menempati daerah Mataram itu. Sultan Hadiwijoyo mengizinkan dan berpesan,” Seorang gadis dari Kalinyamat itu supaya diasuh dan dijaga baik-baik. Apalagi sudah dewasa hendaklah dibawa masuk ke Istana”.

Pesan itu disanggupi oleh Kyai Ageng Pemanahan, tetapi ia memohon agar diperkenankan mengajak putra Sultan Hangabehi Loring Pasar untuk pindah ke Mataram. Kyai Ageng Pemanahan sekeluarga berangkatlah menuju tlatah Mataram disertai dua orang menantunya, yakni Raden Dadap Tulis dan Tumenggung Mayang. Ditambah pula Nyi Ageng Nis istri Kyai Ageng Mataram dan penasehatnya Ki Ageng Juru Martani. Peristiwa ini terjadi pada hari Kamis Pon tanggal 3 Rabiulawal tahun Jimawal. Dalam perjalanan mereka singgah berziarah ke Istana Pengging sehari semalam.

Kyai Ageng sekeluarga melakukan doa dan sembahyang, memohon petunjuk kepada Tuhan, melakukan semedi dan shalat hajat, doanya ternyata diterima Tuhan, muncul pertanda pepohonan seketika menjadi condong, tetapi pohon serat tinggal tetap tegap. Setelah sembahyang subuh mereka berangkat menuju Mataram dan berhenti di desa Wiyoro. Selanjutnya membangun sebuah desa yakni desa Karangsari setelah singgah sementara waktu Kyai Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani mencari pohon beringin yang telah ditanam oleh Sunan Kali Jogo untuk tetenger di sanalah letaknya wilayah Mataram dimaksud.

Terdapatlah pohon tersebut di sebelah barat daya Wiyoro. Lalu memilih tanah sebelah selatan beringin yang hendak dipakai sebagai halaman dan rumah untuk bertempat tinggal Kyai Ageng Pemanahan beserta keluarga. Mereka bekerja keras, hingga pembangunan rumah beliau selesai dalam waktu singkat. Kemudian rumah baru segera ditempati Kyai Ageng Pemanahan yang kemudian tersohor namanya dengan gelar Kyai Ageng Mataram. Banyak saudara asing ke Mataram sehingga menambah ramai dan makmurnya Mataram (sekarang dikenal dengan nama Kotagede, pusat kerajinan perak di Yogyakarta).

Sahdan gadis pingitan Sinuhun Sultan Hadiwijoyo yang berasal dari Kalinyamat kini telah dewasa. Ngabehi Loring Pasar (Raden Danang Sutowijoyo) pun telah dewasa. Ia mengganggu gadis pingitan tersebut. Hal ini segera diketahui oleh ayahnya Ki Ageng Mataram. Anaknya dipanggil lalu bersabda:

Ki Ageng Mataram; Anakku..mengapa kamu berani mengganggu gadis pingitan, alangkah amarahnya Sinuhun nanti apabila mengetahui.

Raden Sutowijoyo berkata; ”Saya berani melakukan hal itu, karena telah menerima wahyu.

KAM : Bagaimana kamu dapat mengatakan demikian itu ?

R.S : Ya. Demikianlah ketika mendengar daun nyiur jatuh ayah Sultan terkejut, lagi pula ketika hendak minum air kelapa itu terkejut pula.

Kyai Ageng Mataram menyatakan, kini belum masanya dan mengajak putranya mengharap untuk berjanji tetap setia. Keduanya berangkat, pergi ke kasultanan Pajang. Sinuhun Sultan Hadiwijoyo sedang bercengkerama dihadap para putranya dan keluarganya. Melihat kedatangan Kyai Ageng Mataram diantar putranya. Lalu sesudah berjabat tangan Ngabehi Loring Pasar pun menghadap menghaturkan sembah-bakti. Sinuhun bertanya dengan keheranan mengapa datang menghadap bukan waktunya menghadap. Kyai Ageng Mataram menyatakan bahwa menghadapnya itu karena putranya telah berdosa besar berani melanggar dan mengganggu gadis pingitan dari Kalinyamat.

Dengan bijaksana Sinuhun Sultan Hadiwijoyo berkata,”Anak tidak berdosa, kalau demikian memang salah saya, tidak memikirkan anak yang telah dewasa. Oleh karena sudah terlanjur kamipun ikut menyetujui. Tetapi anak jangan dimurka, pinta Sinuhun kepada Ki Ageng Mataram.

Waktu sudah berjalan sekian lama, karena usianya sudah uzur, Ki Ageng Mataram gering lalu mangkat pada hari Senin Pon 27 Ruwah tahun Je 1533. Dimakamkan di sebelah barat Istana Mataram di Kotagede, Yogyakarta. Sementara itu, Ki Jurumartani pergi ke negeri Pajang menghadapkan putra Ki Ageng Mataram. Sinuhun lalu bercengkerama dengan Ki Jurumartani memberitahukan tentang mangkatnya Ki Ageng Mataram, Sinuhun terkejut hatinya dan bersabda;

“Kakak Jurumartani, sebagai ganti dari penghuni Mataram ialah Ngabehi Loring Pasar dan harap dimufakati dengan nama Pangeran Haryo Mataram Senopati Pupuh”. Ki Jurumartani menyanggupi lalu mohon ijin kembali, peristiwa ini terjadi pada tahun 1540. Lalu Pangeran Haryo Mataram diangkat pada tahun Dal 1551 bergelar Kanjeng Panembahan Senopati ing Ngalogo yang menguasai tanah Jawa. Kemudian menurunkan raja-raja Surakarta dan Yogyakarta, demikian pula para Bupati di pantai-pantai Jawa hingga sekarang.

Kanjeng Panembahan Senopati memegang kekuasaan kerajaan 13 tahun lamanya. Sesudah gering kemudian mangkat, pada hari Jumat Pon bulan Suro tahun Wawu 1563. Dimakamkan di sebelah barat Masjid di bawah ayahandanya. Selanjutnya putranya yang menggantikan dengan gelar Kanjeng Susuhunan Prabu Hanyokrowati. Penobatannya dalam bulan yang bersamaan dengan wafatnya Kanjeng Panembahan Senopati.

Pada suatu hari, Kanjeng Susuhunan pergi berburu rusa ke hutan. Dengan tiada terasa telah berpisah dengan para pengantar dan pengawalnya, kemudian beliau diserang punggungnya oleh rusa dan beliau jatuh ke tanah. Sinuhun diangkat ke istana dan ia perintahkan memanggil kakanda Panembahan Purboyo.

Sinuhun bersabda, “Kakanda, andaikata kami sampai meninggal, oleh karena Gusti Hadipati sedang bepergian, putramu Martopuro harap ditetapkan sebagai wakil menguasai Negeri Mataram. Amanat tersebut disanggupi, Sinuhun terkenal dengan gelar Sinuhun Seda Krapyak. Beliau mangkat pada bulan Besar, tuhan Jimawal 1565 dan dimakamkan di sebelah bawah makan ayahandanya, Panembahan Senopati.

Demikian sejarah singkat kerajaan Mataram, yang sampai saat ini terbukti masih berdiri kokoh. Lalu dari keturunan manakah raja-raja besar Mataram ? Berikut ini saya paparkan silsilah leluhur kerajaan Mataram:

1. Sinuhun Brawijaya V, raja kerajaan Majapahit terakhir berputera Raden Bondan Kejawan yang bergelar Kyai Ageng Tarub ke III.

2. Kyai Ageng Tarub III mempunyai putra yakni Kyai Ageng Getas Pandowo.

3. Kyai Ageng Getas Pandowo berputera Ki Ageng Selo.

4. Kyai Ageng Selo berputera Ki Ageng Nis.

5. Ki Ageng Nis berputera Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram).

6. Ki Ageng Pemanahan berputera Kanjeng Panembahan Senopati ing Ngalogo.

7. Kanjeng Panembahan Senopati ing Ngalogo berputera Sinuhun Prabu Hanyokrowati.

8. Sinuhun Prabu Hanyokrowati berputera Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kalipatullah Panetep Panatagama Senopati ing Prang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar