Sabtu, 05 Oktober 2013

filosofi aksara jawa

filosofi aksara jawa


Huruf Jawa yang jumlahnya ada 20 huruf merupakan sabda pangandikanipun dari Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai makna yang sangat luar biasa di tanah Jawa.

Aksara Jawa

Mungkin akhir-akhir ini huruf Jawa sudah banyak ditinggalkan oleh generasi muda. Kenapa demikian?. Karena huruf Jawa merupakan simbul-simbul kehidupan di dunia dan akhirat. Terus siapa yang salah?. Mungkin hanya dipelajari di bangku sekolah di Desa, itupun bagaimana cara menulis huruf Jawa dengan menggunakan tambahan, pepet, layar, lungsi, suku dan wulu dsb., namun makna kandungan tidak pernah dibahas oleh sang Guru. Betul atau salah?. Ketika itu. Kalau tidak salah huruf Jawa juga digunakan oleh sang Dalang Ruwatan inipun masih digunakan sampai saat ini. Oleh para sesepuh dahulu dengan begitu lancar dan hafal dalam membaca huruf Jawa. Oleh Simbah dan Bapak Ibu ku mereka hanya bisa membaca dan tulis huruf Jawa secara lancar dan cepat. Timbul pertanyaan, terus siapa, bagaimana, kemana nasib huruf Jawa nantinya, ini tentunya menjadi PR bersama, mumpung Anda masih mau menuntut ilmu. Bak mengatakan, tuntutlah ilmu sejak ayunan sampai liang kubur walaupun sampai negeri Cinapun.

Maka dengan ini saya akan mencoba menyampaikan isi kandungan tentang hurup Jawa sebagai tambahan olah pikir kita bersama , yang saya ambil dari buku Falsafah Orang Jawa.

HA, berarti “Hidup” , berarti ada hidup, sebab hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup itu sendiri dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena kematian dalam menghadapi segala keadaan . Hidup tersebut ada empat unsur yaitu : Api, Angin, Bumi, Air.

NA, “nur” atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.

CA, berarti “Cahaya” artinya cahaya di sini memang sama dengan cahaya yang telah disebutkan di atas. Yakni salah satu sifat Tuhan yang pada manusia. Kita telah mengetahui pula akan sifat Tuhan dan sifat-sifat tersebut ada pada yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia karena memang Tuhan pun menghendaki agar manusia itu mempunyai sifat baik.

RA, bearti “Roh” yaitu roh Tuhan yang ada pada diri manusia

KA, “Berkumpul” yakni berkumpulnya Tuhan YME yang juga terletak pada sifat manusia.

DA, “Zat’ ialah zatnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.

TA, “Tes” atau tetes, yaitu tetes Tuhan YME yang berada pada manusia.

SA, “Satu” Dalam hal ini huruf sa tersebut telah nyata menunjukkan bahwa Tuhan YME yaitu satu, jadi tidak ada yang dapat menyamai Tuhan.

WA, “Wujud” atau bentuk, dalam arti ini menyatakan bahwa wujud atau bentuk Tuhan YME, itu ada dalam manusia yang setelah bertapa kurang lebih 9 bulan dalam gua garba sang Ibu lalu dilahirkan dalam wujud diri.

LA, “Langgeng”, atau abadi, la yang mengandung arti langgeng ini juga nyata menunjukkan bahwa Tuhan YME sendirian yang langgeng di dunia ini, berarti abadi pula untuk selama-lamanya.

Pa, “Papan” atau tempat, yaitu papan Tuhan YME-lah yang memenuhi alam jagad raya ini, jagad gede juga jagad kecil (manusia).

DHA, “Dhawuh”, yaitu perintah-perintah Tuhan YME inilah yang terletak dalam diri dan besarnya Adam, manusia yang utama.

JA, “Jasad” atau badan Tuhan YME itu terletak pada sifat manusia yang utama.

YA, “Dawuh” Dawuh di sini mempunyai lain arti dengan dhawuh di atas, karena dawuh berarti selalu menyaksikan kehendak manusia baik yang berbuat jelek maupun yang bertindak baik yang selalu menggunakan kata-kata “Ya”.

NYA, “Pasrah” atau menyerahkan, Jelasnya Tuhan YME dengan ikhlas menyerahkan semua yang telah tersedia di dunia ini.

MA,”Marga” atau jalan, Tuhan YME telah memberikan jalan kepada manusia yang berbuat jelek dan baik.

GA, “Gaib” gaib Tuhan YME inilah yang terletak pada sifat manusia.

BA, “ Babar”, yaitu kabarnya manusia dari ghaibnya Tuhan YME.

THA, “Thukul”, atau tumbuh, Tumbuh atau adanya gaib adalah dari kehendak Tuhan YME. Dapat pula dikatakan gaib adalah jalan jauh tanpa batas, dekat tetapi tidak dapat disentuh, seperti halnya cahaya terang tetapi tidak dapat diraba atau pun disentuh, dan harus diakui bahwa besarnya gaib itu adalah seperti debu atau terpandang. Demikianlah gaibnya Tuhan YME itu (micro binubut)

NGA, “ Ngalam” yang bersinar terang, atau terang/gaib Tuhan YME yang mengadakan sinar terang.

Demikianlah huruf Jawa 20 itu dan ternyata dapat digunakan sebagai lambang dan dapat diartikan sesuai dengan sifat Tuhan sendiri, karena memang seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Jawa yang menggunakan huruf Jawa itupun merupakan sabda dari Tuhan YME.

Penyatuan huruf :

Ha+Nga = berarti angan-angan panca indera yaitu Otak, Mata, Telinga, Hidup, Mulut.

Na+Ta = Nata berarti “nutuk”,

Ca+Ba = Coba, berarti coblong (lobang) dan kata tersebut di atas berarti wadah atau tempat yang dimilki lelaki atau wanita saat menjalin rasa menjadi satu, adanya perkataan kun berarti pernyataan yang dikeluarkan oleh pria dan wanita dalam bentuk kata ya dan ayo dan kedua kata tersebut mempunyai persamaan arti dan kehendak yaitu mau.

Ra+Ga= Raga, berarti “badan awak/diri. Kata Raga atau ragangan merupakan juga kerangka dan kehendak pria dan wanita ketika menjalin rasa menjadi satu karena bersama-sama mengendaki untuk menciptakan raga atau diri agar supaya dapat terlaksana untuk mendapatkan anak.

Ka+Ma= berarti Kama, atau biji, bibit , benih. Setiap manusia baik laki-laki atau wanita pastilah mengandung benih untuk kelangsungan hidup.

Da+Nya= Danya atau dunia. Persatuan jedua benih atau kama tadi mengakibatkan kelahiran, dan kelahiran ini merupakan calon keturunan di dunia atau (alam). Dengan demikian dapat dipahami kalau atas kehendak Tuhan YME maka diturunkan ke alam dunia ini benih-benih manusia dari Kahyangan dengan melewati penyatuan rasa kedua jenis manusia.

Ta+Ya= Taya, yaitu ari atau banyu. Kelahiran manusia (jabang bayi) diawali dengan keluarnya air (kawah) pun pula kelahiran bayi tersebut juga dijemput dengan air (untuk membersihkan) karena itulah air tersebut berumur lebih tua dari dirinya sendiri disebut juga mutmainah atau sukma yang sedang mengembara dan mempunyai watak suci dan adil.

Sa+Ja= Saja (Siji) atau satu. Pada umumnya kelahiran manusia (bayi) itu hanya satu, andaikata jadi kelahiran kembar maka itulah kehendak Tuhan YME. Dan kelahiran satu tersebut menunjukkan adanya kata saja atau siji atau satu.

Wa+Da= Wada atau wadah atau tempat. Berbicara tentang wadah atautempat, sudah seharusnya membicarakan tentang isi pula, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian timbul pertanyaan mengenai wadah dan isi, siapakah yang ada terlebih dahulu?.

Pada umumnya dikatakan kalau wadah harus diadakan terlebih dahulu, baru kemudian isi, sebenarnya hal ini adalah kurang benar. Yang diciptakan terlebih dahulu adalah isi, dan karena isi tersebut membutuhkan tempat menyimpanan maka diciptakan pula wadahnya. Jangan sampai menimbulkan kalimat “Wadah mencari isi” akan tetapi haruslah “isi mencari wadah” karena memang “isi” diciptakan terlebih dahulu. Bisa juga dicontohkan rumah merupakan wadah manusia..

Sebagai bukti dari uraian di atas, dapatlah dijelaskan bahwa, kematian manusia berarti (raga) ditinggalkan isi (hidup). Bagai pendapat yang mengatakan”wadah terlebih dahulu diciptakan” maka mengenai kematian itu seharusnya wadah mengatakan supaya isi jangan meninggalkan terlebih dahulu sebelum wadah mendahului meninggalkan. Hal ini jelas tidak menungkin terjadi, apalagi kalau kematian itu terjadi dalam umur muda dimaana kesenangan dan kepuasan hidup tersebut belum dialaminya.

Demikian persoalan wadah ini dengan dunia, karena sebelum dunia ini diciptakan , maka yang telah ada adalah (isinya) Tuhan YME . Pendapat lain mengatakan kalau sebelum diadakan jalinan rasa maka keadaan masih kosong (awang-awung). Tetapi setelah jalinan rasa dilaksanakan oleh pria dan wanita maka meneteslah benih dan apabila benih tadi mendapatkan wadahnya akan terjadi kelahiran. Sebaliknya kalau wadah tersebut belum ada maka kelahiran pun tidak akan terjadi, yang berarti masing suwung atau kosong. Meskipun begitu,”hidup” itu tetap telah ada demikian pula “isi”, dan dimanakah letak isi tadi ialah pada Ayah dan Ibu. Maka selama Ayah dan Ibu masih ada maka hidup masih dapat membenihkan biji atau bibit.

La+Pa= Lapa, atau mati atau lampus. Semua keadaan yang hidup selalu dapat bergerak, keadaan hidup tersebut kalau ditinggal oleh hidup maka disebut dengan mati. Sebenarnya pemikiran demikian itu tidak benar, akan tetapi kesalahan tadi telah dibenarkan sehingga menjadi salah kaprah. Sebab yang dikatakan mati tadi sebenarnya bukanlah kematian sebenarnya, akan tetapi hidup hanyalah meninggalkannya saja yaitu untuk mengembalikan semua ke asalnya. Hidup kembali kepada yang meniciptakan hidup, karena hidup berasal dari suwung sudah tentu kembali ke suwung atau kosong (Baca tentang Suwung disini awang-awung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar